JAKARTA – Mulai April, pemerintah menetapkan tes GeNose C19 digunakan sebagai syarat perjalanan mode transportasi pesawat. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Satgas Nomor 12 tahun 2021 dan menggantikan SE Nomor 7 tahun 2021.
Syarat perjalanan baru tersebut diumumkan juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito pada Minggu (28/3/2021) kemarin. Berikut sederet fakta soal alat skrining GeNose yang mulai digunakan untuk penerbangan.
1. Menggunakan teknologi AI
Alat skrining GeNose ini menggunakan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) yang dikembangkan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Teknologi AI tersebut digunakan untuk mendeteksi adanya partikel atau Volatile Organic Compound (VOC) yang dikeluarkan orang yang terinfeksi COVID-19.
Dalam pengembangannya, para ahli mengatakan jenis tes skrining Corona ini memiliki sensitivitas sebesar 92 persen.
2. Hanya sebagai alat skrining
Alat deteksi COVID-19 ini juga telah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Meski begitu, alat ini hanya digunakan untuk sebagai alat skrining bukan untuk mendiagnosis seseorang yang terinfeksi virus Corona.
“Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Corona COVID-19. Tapi, yang dideteksi adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap COVID-19,” jelas Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro.
3. Bagaimana cara membaca hasilnya?
Berbeda dari tes Corona lainnya, GeNose ini dilakukan dengan mengambil sampel napas yang dikeluarkan seseorang melalui mulut ke dalam sebuah kantong. Nantinya, hasil dari tersebut akan ditunjukkan melalui layar monitor dalam bentuk kurva.
Di bawah kurva tersebut terdapat keterangan dari hasil tesnya, apakah positif atau negative. Selain itu, terdapat juga dua angka desimal untuk menunjukkan seberapa kuat prediksi yang dihasilkan usia pemeriksaan.
Menurut GM Divisi Kesehatan di Dompet Dhuafa dr Yeni Purnamasari, MKM, jika hasil prediksinya kuat, angka desimal tersebut akan berada di angka 0,6 atau 60 persen. Tetapi, jika angkanya di bawah itu, artinya hasilnya lemah.
4. Sudah digunakan sebagai syarat perjalanan
Tes GeNose sudah lebih dulu digunakan untuk syarat perjalanan kereta api dan luar kawasan satu aglomerasi. Hal ini tertuang dalam SE No 5 Tahun 2021 yang mengatur protokol perjalanan dari dan ke Pulau Jawa serta di dalam Pulau Jawa (antar provinsi/kabupaten/kota), dan telah tersedia di beberapa stasiun serta terminal sejak 5 Februari lalu.
5. Tak bisa digunakan di sembarang tempat
Menurut peneliti GeNose, Dian K Nurputra alat tes skrining COVID-19 besutan UGM ini tidak bisa digunakan di sembarang tempat. Pasalnya, kondisi tempat bisa mempengaruhi akurasi dari GeNose.
“Ada 1-2 hal terkait persiapan mesin di lingkungan. Lingkungan yang nggak bagus itu mempengaruhi mesinnya,” kata Dian dalam konferensi daring oleh UGM Science Techno Park beberapa waktu lalu.
“Ternyata ruangannya, pengaruh udara yang mengalir ternyata itu mempengaruhi GeNose,” jelasnya.
Namun, Dian mengatakan hal ini bisa diatasi dengan sistem ‘pendeteksi udara’ yang sudah terpasang di GeNose. Jadi, sebelum GeNose digunakan, alat itu akan mendeteksi kondisi udara di lingkungan sekitar secara otomatis apakah kualitas udara di tempat tersebut cocok atau tidak. KG/DTC
You must be logged in to post a comment.