DUMAI – Para aktivis lingkungan hidup di Kota Dumai terjun ke tujuh pulau sekitar dalam giat Ekskursi Penyelamatan Tujuh Pulau Terbiarkan di Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Giat yang diinisiasi Agoes S. Alam ini tidak hanya melibatkan para volunter setempat namun juga menggandeng akademisi Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M. Phil dan Muhammad Natsir Tahar, seorang writerpreneur dari Batam.
Menurut Agoes, aktivitas industrialiasasi yang menghantam Selat Rupat dan sepanjang perairan Dumai selama puluhan tahun menyisakan banyak prahara ekologi dan ancaman global, terutama terhadap ekosistem yang menjadi ranah tangkap ikan bagi nelayan setempat hingga kepada kelestarian biota laut dan keutuhan pulau-pulau yang genuin, sebagai surga wisata lokal yang terpendam.
“Ekskursi penyelamatan tujuh pulau terbiarkan di Sekitar Pulau Rupat, Bengkalis dengan tema “Ngemas Pulau” ini adalah algoritma “panic buttom” yang dimulai dari menyusun logika-logika yang dirangkai dengan coding sehingga membentuk logika petisi yang akan diwariskan pada generasi tentang tanah bunda yang terkepong,” papar Agoes di Dumai (06/03/2023).
Acara ini berlangsung sehari suntuk dimulai dari pagi, rombongan yang berjumlah 17 orang dengan menaiki motor pompong bertolak dari perairan Dumai guna menyusuri sejumlah pulau tak berpenghuni yakni Pulau Payung, Pulau Mampu, Pulau Atong, Pulau Ketam, Pulau Rampang, dan Pulau Mentele.
Rombongan mendarat untuk melakukan dokumentasi dan diskusi singkat ke dua fenonema alam yang disebut beting, yakni hamparan pasir putih yang timbul secara termporal dari bawah permukaan laut. “Ini adalah fenomena alam sebagai aset bahari bagi Selat Rupat, yang harus kita lestarikan dengan membiarkan mereka eksis secara alami tanpa gangguan tangan-tangan jahat manusia, baik secara eksploitasi semena-mena maupun kedunguan yang brutal,” papar Agoes.
Rombongan juga terdiri dari pakar oceanography, Hernata Simanjuntak, Darwis Muh. Saleh sebagai host, para penyair dan volunter yakni Andi P. Mierza, Ghoz, Ismail A. Aziz, Assay Malay, Tyas, AG, Arol Jalal, Hanif Muis Mahmud, Sugito Syarif, dan Candra Lingga
Usai melakukan ekskursi acara dilanjutkan dengan diskusi falsafati Quo Vadis Tujuh Pulau Terbiar di Sekitar Pulau Rupat Bengkalis berlangsung hingga tengah malam. Diskusi ini menampilkan pembicara Prof. Yusmar Yusuf melalui tema “Keriangan Terra-Aqua”. Lukisan yang [harus] Tak Selesai” dan Muhammad Natsir Tahar melalui “Telaah Metode Socratic, Prahara Ekologi dan Artificial Intelligence”.
Hasil dari ekskursi tersebut tertuang dalam piagam Wacana Selat Rupat yang dideklarasikan di atas hamparan beting dekat Pulau Baru yang berisikan tiga poin yakni:
Pertama, bahwa Ekskursi Penyelamatan Tujuh Pulau Terbiarkan ini merupakan gerak intelektual kebudayaan dengan semangat pengamatan dan upaya pencegahan eksploitasi lingkungan hidup sekaligus pembiaran ekosistem alami.
Kedua, memberikan edukasi kepada publik agar aset-aset berharga dalam ekosistem kelautan yang berada di jalur perdagangan internasional Dumai dan Selat Rupat dibebaskan dari pemanfaatan dan pendatangan secara brutal yang dapat merusak ekosistem, biota laut dan vegetasi.
Ketiga, menginisiasi potensi scientific eco-tourism dengan mengundang para pelancong intelektual untuk mengadakan wisata riset dan rekomendasi-rekomendasi intelektual bagi kelestarian alam bahari di sejumlah lokasi yang telah di-ekskursi. KG/R
You must be logged in to post a comment.