Imuno Makar Plan-Demi

 

Sudah gaharu cendana pula
kura kura makan tahu
orang bodoh banyak hela
pak belalang pandir baru

yang bernyawa pasti mati
yang imun juga mati

di dalam kesulitan ada kemudahan
di dalam kesulitan ada kemudahan

KEBAL atau imun dan Makar Plan-Demi, dua konsep yang belakangan ini begitu amat sangat terkenal. Hubungan kedua konsep ini menjadi penting untuk di-Jengah dan di-Jenguk.

Penting oleh karena dialtari realitas kondisi dalam ketidakonsistenan regulasi akhir-akhir ini. Kebijakan yang diubah-ubah diikuti nomenklatur (nama regulasi) yang secara simultan mengiringinya. Yang teranyar menggunakan istilah level. Silakan dicermati.

Kalau dirujuk seadanya (sepintas), susah mencari korelasi klid-klindan antara Imuno, Makar Plan-Demi yang dikaitkan dengan istilah Makar atau Konspirasi. Namun tak begitu susah untuk mengklid-klindankan jika virus dan vaksin menjadi istilah penghubungnya.

Kedua istilah, virus dan vaksin adalah variabel intervening (penghubung dan berpengaruh). Keduanya, tidak berfungsi sebagai katalisator yang dapat membantu reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Sungguh mau diakui atau tidak, agak atau justru sulit memahami istilah-istilah ilmiah-akademis yang dikemukakan. Dalam bahasa sederhananya, virus dan vaksin tidak selalu dapat dimaknai ibarat dua sejoli yang sedang kasmaran. Ada virus pasti ada vaksin. Lebih mudahnya pepatah lama mengatakan, “ada gula (pasti) ada semut”.

Jika ingin berupaya lebih kritis sedikit (tak perlu berlebihan, khawatir ada yang tersungging, eh tersinggung) dari sisi kronologisnya antara virus dan vaksin mana yang dulu? Kalau analoginya ayam dan telur mana yang dulu, tentu ayam. Logikanya, yang bertelur adalah ayam, walaupun ayam berasal dari telur.

Bersagang pada logika tersebut tegas dan jelas bahwa vaksin ada karena ada virus. Jika ada pertanyaan: mungkinkah vaksin dulu ada, baru muncul virus? Menjawabnya tergantung dari sudut pandang mana. Dari mana posisi yang inheren dengan kepentingan seseorang atau sekelompok orang tersebut berada? Posisi penguasa, pengusaha, organisasi nasional, internasional dan lainnya, tentu saja akan berbeda.

Dalam hubungan “Imuno (kekebalan) dan Makar Plan-Demi (pandemik yang direncanakan), tidak berlebihan jika Jengah Jenguk mendekatinya bersandar sebagai orang beriman yang muslim. Dari sinilah sebuah tabir akan mulai tersingkap secara perlahan yang mana dulu antara virus dengan vaksin

Jika vaksin dulu baru virus itulah yang disebut dengan makar. Banyak yang belum diungkap dan terkadang kurang pas jika realitas tersebut selalu dikaitkan dengan konspirasi (banyak orang menyebutnya teori konspirasi). Dalam bahasa orang-orang alim yang bijak nan cerdik, istilah makar, tidak salah dimaknai sebagai antisipasi (strategi) menghindar dari upaya makar.

Sementara, tidak jarang pula dalam kancah global, makar disamakan dengan konspirasi. Lain pula dalam istilah politik, makar yang diartikan “upaya mengambil-alih kekuasaan dengan kekerasan bersenjata”.

Hemat Saya yang menarik untuk ditelaah-cermati, justru manakala makar populer dihubung-kaitkan dengan “tindakan kezaliman”. Tindakan zalim (kejahatan) dalam konteks ini tentu saja keberadaan virus beserta ragam variannya yang oleh WHO disebut bermutasi. Ini jika diasumsikan keberadaan virus tidak alami.

Artinya virus adalah produk manusia (seseorang atau sekelompok orang) yang sedang makar. Sementara jika virus kehadiranya adalah alami, tentu saja titik tumpu-temu mau sepakat atau tidak, kekebalan tubuh adalah penangkal (obat?) mujarabnya

Dalam men-Jengah dan men-Jenguk tulisan ini adalah untuk sesiapa saja baik yang “membuat dan atau terutama yang terkena dampak perbuatan tersebut”. Jika saja mau berupaya berpikir kritis dan cerdas sedikit, kata kuncinya adalah “jika kekebalan tidak hanya diperoleh dari vaksin”.

Duapuluhan tahun lalu Prof. Muhammad Sholeh mengungkap pentingnya kekebalan tubuh. Hasil penelitiannya dapat membuktikan jika terdapat hubungan antara Shalat Tahajud dengan sistem imun tubuh. Tahun 2000, Ia berhasil mempertahankan disertasi doktornya di Fakultas Kedokteran, Jurusan Psikoneuroimunologi, Universitas Airlangga. Esensi studinya, “terdapat hubungan antara kanker, shalat tahajud, dan sistem imun tubuh.

Yang perlu ditelaah-cermati adalah berdasarkan pengalaman Prof. Sholeh yang pernah kena penyakit kanker kulit. Menurutnya, dokter sudah angkat tangan. Namun Tahajud menyelamatkannya. Tahun 1982 sampai 1987, Prof. Sholeh dinyatakan sembuh sama sekali.

Ihwal kekebalan tubuh ada dua hal penting dari hasil temuannya. Pertama, dalam tubuh manusia oleh Yang Mahakuasa sudah ada yang namanya sistem imun (daya tahan tubuh). Daya tahan tubuh, misalnya darah manusia kalau dilihat merah. Tetapi setelah dicampur dengan reagen dan dianalisis di laboratorium, nanti komponennya di dalam tubuh terdapat macam-macam. Di antaranya ada hemoglobin dan ada hormon kartisol.

Kedua, penemuan Prof. Sholeh menurut dosennya, banyak mematahkan teori ilmu kedokteran lama. Semisal, jantung koroner secara teori kedokteran lama, tidak bisa disembuhkan. Tetapi, melalui imunitas imunologi, penyakit ini bisa disembuhkan.

Contoh sederhana jantung koroner penyebabnya adalah tersumbatnya arteri jantung karena kolesterol. Sudah diketahui umum jika kolesterol itu adalah lemak yang berwarna kuning yang berasal dari makanan yang dimakan, diolah oleh tubuh menjadi glikogen, kemudian diolah lagi menjadi glukosa.

Selanjutnya, glukosa diolah lagi menjadi kolesterol. Kalau orang tidak pernah gerak, maka kolesterol akan menyumbat pada organ yang tidak pernah digerakkan.

Menurut Prof. Sholeh kalau saja orang itu mau Shalat Tahajud berlama-lama, seperti Rasulullah SAW, dua rakaat saja semalam, nantinya akan ada metabolisme tubuh yang akan bercucuran keringat, bahkan di ruangan ber-AC sekalipun. Keluarnya keringat ini menyehatkan. Karena di dalam tubuh ada metabolisme kolesterol–kolesterol akan dibakar ATP/ADP, sehingga menjadi energi yang merangsang kelenjar keringat untuk berkeringat. Jadi, kalau tidak berkeringat tidak banyak membawa dampak fisik.

Kisah sendu nan inspiratif berbasis ilmiah-akademis dari studi Prof. Sholeh yang sudah banyak dipublikasi berbagai media termasuk sekilas pintas yang diulas dalam Jengah Jenguk (“Prof. Dr. Mohammad Sholeh: Tahajud Perkuat Sistem Imun Tubuh”, merujuk Republika.co.id, Selasa, 30 Desember 2008 23:08 WIB), memberikan referensi berharga terkait pentingnya kekebalan tubuh. Hasil disertasiaya juga sudah dibukukan. Silakan dibaca.

Berpijak ulas hikmah antara Imuno dengan Makar Plan-Demi mempunyai hubungan signifikan-kausalitas (menentukan dan saling terkait). Kekebalan tidak hanya dapat diperoleh melalui sesuatu yang disebut vaksin.

Sementara komposisi unsur-zat yang terkandung di dalamnya juga perlu diketahui. Ditambah sumber asal virus yang belum terdeteksi, masih samar dan diperdebatkan. Sementara yang diperdebatkan belum juga ada kepastian bahwa yang disebut C-19 itu keberadaanya di muka bumi ini secara alami atau produk manusia.

Kalau asumsinya produk manusia. tentu saja terdapat hubungan dengan makar. Namun jika asumsinya alami, tidak salah mengilas balik temuan Prof. Sholeh dalam membentuk kekebalan (daya tahan) tubuh dengan bertahajud.

Lebih spesifik jika benar C-19 beserta variannya adalah bagian dari Makar Plan-Demi (pandemi yang direncanakan), tidak berlebihan untuk berdoa bersama-sama semua atau perwakilan orang beriman muslim, agar Allah SWT memporak-porandakan makar mereka.

“Mereka membuat makar, dan Allah pun membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas makar” (QS, 3:54).

Wallahualam bissawab. ***

Discover more from Kepri Global

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading