Mensiasati Strategi Strategi Kebangkitan (Pariwisata) Kepri

Eva Amalia Rofii-LEAD Indonesia Cohort IX Dosen Politeknik Pariwisata Batam

 

Eva Amalia Rofii-LEAD Indonesia Cohort IX
Dosen Politeknik Pariwisata Batam

Dari Jakarta ke Tanjung Pinang.
Pesawat terbang di atas angin.
Semua ingin pandemi hilang.
Pakai masker dan juga suntik vaksin,

Bait pantun penutup itu disampaikan oleh Presiden Jokowi sebelum beliau menutup rangkaian kunjungannya ke Kepri yang super padat. Kunjungan sehari sebelum tanggal keramat 20 Mei 2021 yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, memberikan optimisme yang membuncah pada bagi semua pihak.

Walaupun singkat, kunjungan tersebut setidaknya memberikan ilustrasi terhadap keseriusan pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap penangangan pandemi Covid-19 ini.

Arahan (baca: ultimatum) Presiden kepada Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kepulauan Riau terkait penanganan Covid-19 untuk turun dalam waktu dua minggu harus disiasati dengan cepat, tepat, rasional, tersturktur dan akurat.

Artikel ini tidak akan mengupas angka-angka serta langkah penangangan medis, juklak dan juknis Surat Edaran Kepala Daerah serta standar operasional prosedur (SOP) protokol kesehatan (prokes).

Gambaran besar strategi ‘perang’ melawan covid adalah sebuah konsep yang tidak melulu tentang angka. Sejumlah rangkaian perencanaan dan persiapan strategis yang senyatanya untuk menjamin rasa aman dan nyaman, saat ini menyasar masyarakat umum.

Sejenak ‘melupakan’ pintu dan koridor lain yakni wisatawan dan pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang ‘dipaksa’ berhenti sejenak, dengan suguhan zona merah pada hampir semua Kabupaten/ kota di provinsi ini terutama Batam dan Tanjungpinang.

Menurut Alfred Chandler strategi adalah penetapan sasaran dan arahan tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Penetapan sasaran prioritas saat ini adalah turunnya angka penyebaran dengan mengerahkan segenap tindakan dan alokasi sumber daya yang dimiliki.

Kondisi saat ini mengharuskan titik awal perang tanding dengan strategi yang lebih mumpuni untuk mencapai tujuan (goal) yakni zero case, sehingga akan mempermudah dalam penyusunan perencanaan kembali.

Strategi lainnya adalah merumuskan kembali formulasi kebijakan kepariwisataan di Kepri. Gerakan (Pariwisata) Kepri Bangkit perlu memiliki action plan yang terarah, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk mencapai rencana dengan cara yang legal, efisien, dan terjangkau.

Strategi (pariwisata) Kepri bangkit harus memiliki pola sasaran, maksud dan tujuan kebijakan, serta rencana sebagaimana pengertian strategi menurut Kenneth Andrew.

Langkah strategis seperti membangun kembali upaya kolaboratif melalui pelibatan penta helix stakeholder kepariwisataan dan menggairahkan kepariwisataan dalam tataran makro dengan membangun “trust” destinasi pariwisata, yang memberikan jaminan kepada wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing (nantinya) Jargon (PARIWISATA) KEPRI BANGKIT harus diwujudkan lebih dari sekadar launcing gerakan dan calender of events pada 2021.

Perlu dibentuk task force aktivasi pariwisata Kepulauan Riau untuk mendetailkan dan mengeksekusi action plan antara lain:

a. Prioritas vaksinasi pada seluruh ekosistem kepariwisataan (pramuwisata, transportasi pariwisata, dan usaha lain yang terkait).
b. Menyiapkan zona aman berwisata (cakupan geografis, industri, dan lain-lain)
c. Menyusun prosedur mitigasi.
d. Menyusun panduan berwisata di zona aman.
e. Menyediakan information hub terkait data perkembangan pandemi hingga tingkat Kecamatan, dan desa/ kelurahan dalam multi bahasa (Indonesia-Inggris).
f. Memastikan penerapan CHSE untuk usaha/destinasi/ produk pariwisata terhadap pelaksanaan kebersihan, kesehatan, Keselamatan, dan kelestarian lingkungan (CHSE certified), penerapan protokol kesehatan yang terverifikasi standarnya.
g. Memastikan protokol kesehatan pada usaha lain pada segala sektor dan semua wilayah kabupaten/ kota dalam zona aman.

Strategi serta rencana program tersebut, harus memiliki indikator yang terukur, tidak hanya dari angka penurunan Covid-19 yang akan berdampak pada magnitude pariwisata (kunjungan, lama tinggal, besaran pengeluaran), keterlibatan dan Keterlibatan para pihak, masyarakat, UMKM dengan strategi yang lebih besar yakni penerapan pariwisata berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya merupakan penyempurnaan pada program monitoring evaluation (monev) dan surveillance rapport. Mari kita bangkit! ***