Musim Angin Timur, Nelayan Lingga Panen Ikan Karang namun Terkendala Distribusi

LINGGA – Musim angin timur yang datang pasca-angin utara mulai mereda membawa angin segar bagi nelayan pesisir di Kabupaten Lingga. Aktivitas melaut pun kembali menggeliat, terutama di malam hari, yang telah menjadi tradisi tahunan bagi para nelayan untuk memancing ikan karang.

Di wilayah Lingga Timur, seperti Tanjung Jang dan sekitarnya, hasil tangkapan nelayan didominasi oleh ikan-ikan karang seperti ungar/sengarat, kerapu, serta ikan putih seperti sagai. Dalam satu malam, hasil tangkapan dari satu pompong berisi dua hingga tiga nelayan bahkan bisa mencapai jutaan rupiah apabila harga jual berada pada kisaran normal.

Namun sayangnya, dalam beberapa hari terakhir harga ikan mengalami penurunan drastis hingga separuh dari harga normal. Penurunan ini bukan disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar, melainkan akibat tersendatnya distribusi ke luar daerah. Pengepul kesulitan mengirimkan hasil tangkapan nelayan ke Batam maupun Tanjungpinang karena kapal ferry penumpang yang biasa digunakan untuk menitipkan hasil laut tengah dipenuhi oleh penumpang pasca-mudik.

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Kepulauan Riau, Distrawandi atau yang akrab disapa Wandi, membenarkan kondisi tersebut. Ia menyatakan bahwa ini adalah momentum penting bagi nelayan tradisional pesisir untuk meraup rezeki karena kondisi laut yang mulai teduh. Namun, keterbatasan jalur distribusi menjadi hambatan serius.

“Benar sekarang musim mancing ikan karang dan ikan putih seperti sagai. Ini sebenarnya musim emas bagi nelayan. Tapi karena padatnya kapal ferry yang diisi penumpang dari arus balik mudik, hasil tangkapan tidak bisa ikut dikirim. Biasanya kami menitip di ferry dari Sungai Tenam atau pelabuhan lainnya,” jelas Wandi yang juga berperan sebagai pengepul di wilayah Lingga Timur.

Ia mengungkapkan bahwa dalam kondisi normal, setiap kapal ferry yang menuju Batam atau Tanjungpinang bisa mengangkut ratusan kilogram hingga lebih dari satu ton hasil laut per harinya, termasuk udang, kepiting, siput, dan ikan-ikan berkualitas ekspor. “Kalau tidak segera dikirim, kualitasnya bisa menurun. Padahal ini barang ekspor,” tegasnya.

Wandi berharap agar pemerintah daerah Kabupaten Lingga dapat bergerak cepat untuk mengatasi persoalan ini. Menurutnya, pemerintah perlu mencari solusi konkret agar ekonomi masyarakat nelayan tidak terganggu hanya karena persoalan transportasi dan logistik.

“Lingga ini wilayah kepulauan, jadi distribusi hasil laut memang sangat bergantung pada armada laut. Pemerintah harus hadir agar nelayan tidak terus merugi. Ini juga sejalan dengan program ketahanan pangan yang digaungkan Presiden Prabowo dalam Nawacita,” tutupnya.

Berdasarkan informasi yang diterima, pengiriman ikan melalui kapal ferry diperkirakan baru akan kembali normal setelah arus balik lebaran mereda, yakni sekitar tanggal 10 April ke atas. (Ai/kg)