NATUNA – Pagi Ahad, 17 Agustus 2025, udara Ranai terasa berbeda. Angin laut yang berhembus dari Pantai Piwang membawa aroma asin yang menyatu dengan semangat ribuan warga Natuna. Sejak pukul tujuh pagi, pelataran pantai yang biasanya lengang sudah dipadati lautan manusia. Anak-anak berseragam merah putih berlari kecil sambil tertawa, sementara para orang tua melangkah perlahan mencari tempat duduk yang nyaman.
Pantai Piwang hari itu menjadi saksi kebersamaan: wajah-wajah penuh harap, suara riuh menyatu, dan pandangan mata yang serempak tertuju pada tiang bendera. Saat Sang Saka Merah Putih dikibarkan, keheningan tiba-tiba menyelimuti kerumunan. Hanya suara kibaran kain yang terdengar, berpadu dengan denting musik pengiring.
“Alhamdulillah ada upacara 17-an. Sudah lama juga kita tidak melihat acara besar seperti ini,” ujar Dirga, salah seorang warga Ranai, matanya berkaca-kaca.
Rasa syukur dan gembira itu kian terasa saat pemerintah menghadirkan rangkaian kegiatan tambahan. Dari perlombaan tradisional, pertandingan olahraga, hingga pasar murah dan pawai budaya, semuanya menambah kemeriahan. Suara tawa anak-anak yang bersemangat mengikuti lomba balap karung dan panjat pinang menggema, sementara para ibu sibuk berbelanja di lapak pasar murah.
“Kita bersyukur dan senang melihat bendera merah putih dikibarkan sebagai tanda kemerdekaan. Senang juga karena dapat hiburan, terutama sekali anak-anak, mereka semangat sekali ikut kegiatan,” kata Fikriansyah, warga lainnya.
Tak hanya dengan kata, warga juga mengekspresikan cinta tanah air lewat tindakan sederhana: berdoa dengan khidmat, meneriakkan “Merdeka!” dengan lantang, bahkan memotret setiap momen lewat kamera ponsel. “Lumayan juga untuk kenang-kenangan tahun 2025,” ungkap Shasa, sambil tertawa kecil. Foto-fotonya langsung diunggah ke media sosial, menambah panjang jejak digital perayaan kemerdekaan.
Hingga upacara usai, barisan warga tetap tertib meninggalkan lokasi. Aparat keamanan berjaga di setiap sudut, memastikan tidak ada gangguan. Cuaca yang bersahabat membuat seluruh rangkaian acara berjalan mulus tanpa hambatan.
Di tepi pantai, gelombang kecil terus berkejaran menuju bibir pasir, seolah ikut merayakan hari lahir bangsa. Sementara itu, semangat warga Natuna hari itu mengajarkan satu hal: bahwa kemerdekaan bukan sekadar ritual tahunan, melainkan pesta syukur, pesta kebersamaan, pesta harapan. (KG/IK)