Konflik Wilayah di Timur Tengah Pengaruhi Sisi Perdagangan Global 

Jakarta – Meledaknya konflik di wilayah Timur Tengah semakin menambah ketegangan geopolitik yang sudah ada dan memicu lonjakan harga-harga komoditas. Dari sisi perdagangan global, belum tercapainya kesepakatan antara US dengan negara-negara mitra dagang juga menambah ketidakpastian. Kedua kombinasi ini menimbulkan risiko inflasi tinggi dan pelemahan ekonomi global.

Dampaknya, PMI manufaktur global berada di angka terendah sejak Desember, yaitu 49,6–PMI dari 70,8% negara yang disurvei berada pada zona kontraktif. Selain itu, revisi atas penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global terus dilakukan. Tahun 2025, @the_imf memprakirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya mencapai 2,8%, sementara @worldbank lebih rendah, yaitu 2,3%. Volume perdagangan dunia mengalami menurun signifikan—tahun ini hanya 1,7% (tahun lalu 3,8%).

Dengan situasi tersebut, Indonesia tetap waspada dan terus memantau situasi. Kebijakan fiskal ekspansif, seperti restitusi untuk menjaga likuiditas dunia usaha, pemberian paket stimulus, dan akselerasi investasi terus dilakukan.

Berbagai indikator ekonomi Indonesia masih cukup resilien, meski mulai terdampak risiko global; IKK di 117,5; penjualan sektor riil ekspansif 2,6% (yoy); kegiatan manufaktur masih berjalan, tampak dari konsumsi listrik sektor bisnis masih tumbuh 4,5% yoy dan sektor industri tumbuh 6,7% yoy; investasi bangunan ekspansif mendekati 30% (yoy); dan inflasi terjaga 1,6% yoy.

APBN akan terus kita jaga agar mampu menjadi kesatria yang tangguh seperti Toothless. Untuk itu, APBN harus dijaga kesehatannya secara hati-hati dan bijaksana agar pembangunan terus berjalan dan cita-cita Indonesia bisa tercapai.

Sumber: APBNKiTa