Muhammad Natsir Tahar Pamerkan Dua Buku Masterpiece-nya di Ajang FSIGB 2025

TANJUNGPINANG — Panggung sastra internasional kembali dimeriahkan oleh kehadiran karya-karya brilian, salah satunya melalui partisipasi Muhammad Natsir Tahar, seorang writerpreneur, pembicara, dan penulis puisi bergenre filsafat, dalam Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2025 di Tanjungpinang. Di antara ratusan karya penulis dan sastrawan Kepri, Natsir Tahar memamerkan dua kitab tebal yang menarik perhatian publik.

Melalui penerbit Focus Publishing Intermedia, ia menerbit sejumlah karya fenomenalnya yang mendalami tema-tema berat nan kontemporer. Kedua karya tersebut adalah:

  1. Ruang Kosong METAFILO

Buku setebal 555 halaman dengan ISBN 978-623-89208-0-8 ini menyajikan sebuah eksplorasi holistik dari humaniora klasik hingga kontemporer bergenre filsafat.

  • Intisari: Buku ini membahas sejarah filsafat, keajaiban medan kuantum, dan akhir dari kehendak bebas (free will).
  • Fokus: Menghadirkan cara berpikir filosofis yang divergen untuk menawarkan dialektika, menarik pembaca dari kekakuan tribal menuju masyarakat kosmo yang spiritualis.
  • Cakupan: Tidak hanya berbicara tentang kehidupan di bumi, dari pertanyaan eksistensial hingga retakan sosial, tetapi juga merambah kosmos, seperti mekanika penunjuk waktu di Pluto dan Horizon Peristiwa dekat Lubang Hitam. Bahkan, buku ini menantang teorema kaku dalam Fisika Newtonian Klasik di hadapan penemuan Fisika Kuantum.
  1. U-Distopia

Karya setebal 484 halaman dengan ISBN 978-634-04-2244-3 ini membawa pembaca ke dalam arena adu cepat antara harapan (utopia) dan kegalauan (distopia).

  • Intisari: Buku ini berbicara banyak tentang galat demokrasi, metafora futuristik, serta kerisauan akan hadirnya Agama Data dan Ancaman Kiamat Digital.
  • Kritik Politik: Natsir Tahar mengulas bagaimana demokrasi dijalankan tanpa ruh, hanya untuk menggilir kekuasaan tanpa memperluas keadilan, sementara kekuasaan dikekang oleh elit dan dinasti politik.
  • Ramalan Futuristik: Di tengah kerusakan politik, muncul musuh baru: teknologi tak berbatas dan tak beretika. Buku ini menyoroti bagaimana Artificial General Intelligence (AGI) dan Agama Data berpotensi menggantikan filsuf sebagai nabi masa depan, bahkan mempertanyakan kebutuhan akan pemimpin manusia di era autopilot futuristik. Antisipasi terhadap kiamat digital algoritma big data menjadi pekerjaan rumah terbesar bangsa, di samping persoalan mega korupsi dan defisit literasi.

“Karya-karya Muhammad Natsir Tahar memberikan pembedahan intelektual yang berani, merangkul dari kekosongan filosofis hingga ancaman digital yang mendefinisikan kembali masa depan peradaban,” ujar fenomenolog dan akademisi, Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M. Phil, dalam kata pengantarnya di buku Ruang Kosong Metafilo.

Hal senada disampaikan oleh Dato’ Seri Lela Budaya Rida K. Liamsi, inisiator dan penanggungjawab FSIGB yang telah menginjak tahun ke delapan ini. “Ini adalah karya intelektual yang berani, visioner, dan melompat jauh ke depan, namun sangat mengakar pada tinjauan sejarah dan referensi yang kuat,” papar Rida.

Ketua Persatuan Penulis Johor (PPJ), Amiruddin Md Ali Hanafiah saat berada di ruang pameran buku FSIGB 2025, Perpustakaan Balai Adat Sri Indra Sakti, Tanjungpinang. (F: Willy Ana/dok. FSIGB)

 

Selain dua karya di atas, Natsir Tahar juga baru saja menerbitkan buku berjudul Melayu: Memoria et Examina setebal 444 halaman, yang merupakan pembedahan intelektual terhadap tubuh besar sejarah dan identitas Melayu.

Kehadiran karya-karya ini dalam FSIGB 2025 semakin mempertegas posisi Kepulauan Riau sebagai simpul penting sastra Melayu dunia, sekaligus menandai sumbangan signifikan dari writerpreneur seperti Muhammad Natsir Tahar dalam khazanah pemikiran kontemporer. KG/wir